Sebuah ketikan tentang Minggu dan Aku
Pagi ini aku terbangun dalam keadaan Minggu yang hampir habis
Membuat ku mengutuk sepanjang hari
Minggu malah ku habiskan dengan terbaring di kasur seperti orang sakit
Tadi malam padahal aku sudah menyusun skenario untuk Minggu kali ini
Aku ingin menikmati Minggu pelan perlahan
Subuhnya diawali dengan lari-lari kecil
Paginya dijalani sambil makan putu di pinggir pantai
Siangnya dipakai untuk memasak
Sorenya dihabiskan dengan makan siomai di pinggir jalan
Jadi tiba-tiba teringat
Dulu aku bisa menikmati Minggu dengan pergi ke pasar
Membeli ikan untuk dibakar
Tapi memikirkan hal itu malah bikin aku pengen menghabisi Minggu ini dengan brutal
Lantaran kelebat ingatan tentang Minggu yang 'lain' di kepalaku bikin aku susah untuk berada di kenyataan saat ini
Kenyataan tentang kepergian
Meninggalkan aku dan Minggu yang 'akrab' tiba-tiba kehilangan arah
Aku saat ini butuh panduan menjalani Minggu
Kalau masih Senin, Minggu akan membantuku yakin kalau 5 hari lagi bukan waktu yang lama
Kalau Selasa, Minggu sudah agak bosan dan paling-paling hanya berceramah, barang siapa yang menghabiskan Selasa dengan susah payah, maka Minggu akan terasa seperti hadiah.
Kemudian Rabu, aku tanpa diyakinkan bisa benar-benar yakin kalau Minggu bisa sedekat itu kalau aku melaluinya dengan ber sibuk-sibuk.
Kamis, sudahlah ternyata masih 2 hari lagi aku harus menunggu.
Jumat, karena terasa sangat pendek, aku rasa Jum'at sudah kongkalikong sama Minggu untuk menyenangkan aku.
Sabtu, entah kenapa malah membuat perasaanku gundah, belum bertemu Minggu saja aku sudah khawatir Minggu akan tiba-tiba habis.
Tapi aneh Minggu yang ku tunggu-tunggu ini tiba-tiba jadi sangat sibuk, dan menyuruhku lembur, apa tidak cukup mimpi ku yang harusnya berupa perjalanan itu dibajak dengan kerjaan, masa Minggu ku juga harus di habiskan dengan kerjaan.
Aku memikirkan sebuah ide untuk menukar Minggu dengan gajiku. Tidak mungkin.
Menukar Minggu dengan sakit ku. Tidak mungkin.
Apa Minggu ini sebenarnya, kenapa keberkahannya mengalahkan hari-hari yang lain.
Aku merasa diriku sudah tidak kebagian Minggu, walau sudah menunggu nya selama 6 hari dalam keadaan bersusah-payah
Aku ingin merasakannya, setidaknya 30 kali dalam sebulan.
Kalau kebanyakan mungkin 15 kali dalam sebulan.
Sampai dengan malam dimana Minggu sudah mencapai penghujung
Sadarlah aku.
Aku hanya bosan bicara dan ketemu sama manusia Senin
Maka aku butuh Minggu untuk jadi jeda
Tapi kenyataan bahwa Minggu muncul 4 kali dalam sebulan pun sudah jadi kemewahan bagiku saat ini
Minggu dan aku sepakat akan mengadakan pertemuan
Didalam jiwaku.
Palu, 10 September 2023
Bagus, tapi kurang. Kurang panjang. Berchandya
ReplyDelete